Rabu, 10 Desember 2014

Perkembangan Pariwisata Pulau Pramuka

Perkembangan Pariwisata Pulau Tidung sehubungan dengan pengembagan pariwisata di Objek Wisata Pantai , secara umum kebudayaan-kebudayaan masyarakat lokal seperti cara hidup, adat istiadat, agama, dan kesenian yang diwariskan oleh nenek moyangnya masih terjaga kelestariannya. Artinya, walaupun sudah berbaur dan dipengaruhi oleh budaya-budaya asing namun kebudayaan masyarakat tersebut masih dapat ditemukan dengan mudah dan dilakukan secara rutin oleh masyarakat setempat, seperti upacara pernikahan, perayaan hari besar nasional.

Dengan adanya pengembangan pariwisata di Objek Wisata Pulau Pramuka juga ditemukan adanya revitalisasi pada beberapa jenis budaya dan kesenian masyarakat lokal. Organisasi keagamaan “Remaja Masjid” merupakan salah satu contoh budaya masyarakat lokal yang masih ditemukan di era pengembangan pariwisata di Objek Wisata Pulau Pramuka. Organisasi generasi muda muslim ini melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan budaya dan agama seperti; pengajian, dakwah, belajar membaca dan menulis Bahasa Arab, diskusi tentang isi dan makna yang tertera dalam kitab suci Al-qur’an. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sudah ditekuni oleh masyarakat lokal sebagai upaya melindungi diri dari pengaruh budaya dari luar (industri pariwisata) dan telah dilakukan sejak dahulu kala sampai sekarang. Organisasi kemasyarakatan ini juga menjadi media pemersatu antar umat muslim di kepulauan seribu utara.

Sebelum berkembangnya pariwisata di Objek Wisata Pulau Pramuka, kedua kesenian tradisional ini hanya dipentaskan pada saat-saat tertentu saja khususnya pada upacara adat dan keagamaan sehingga tidak banyak dikenal oleh masyarakat umum di luar daerah Senggigi. Pertumbuhan pariwisata yang semakin pesat dari tahun ke tahun turut serta membangkitkan dan merevitalisasi kesenian tradisional tersebut dan sekarang ini sering kali dipertunjukan di hadapan para wisatawan sebagai atraksi wisata yang bercirikan kedaerahan yang dipentaskan langsung oleh masyarakat asli.

Tidak ada komentar: